Semenjak saya kuliah di UGM, saya jadi sering pergi bolak-balik Jakarta-Jogja. Sebenernya lebih tepat dibilang Bogor-Jogja sih, tapi kan untuk ke bogor saya tetap harus melewati jakarta dulu :)
Pertama kali saya pergi sendiri ke Jogja adalah waktu tes TOEFL untuk mahasiswa baru, sekitar bulan Juni 2010 lalu. Setelahnya, saya sering bolak-balik Jakarta-Jogja untuk pulang ke rumah. Saya termasuk orang yang cukup sering pulang ke rumah. Bahkan di antara teman-teman yang sesama orang Jakarta, kayaknya saya adalah yang paling sering pulang deh hehe. Saya paling nggak bisa melihat hari libur. Setiap ada hari libur yang agak panjang, saya pulang. Mungkin sampai ayah saya bosan sendiri kali ya melihat anaknya pulang pergi Jakarta-Jogja.
Karena sering pulang itulah, saya jadi tahu berbagai cara menuju jogja. Nah, ini dia pengalaman saya :
1. Naik kereta
Kereta adalah pilihan pertama saya jika saya sedang ingin menikmati perjalanan. Selama 6 bulan kuliah di Jogja, saya sudah 5 kali naik kereta. Baik Jakarta-Jogja maupun Jogja-Jakarta.
Dari Jogja ke Jakarta, kereta eksekutif yang dapat dipilih adalah kereta Taksaka (baik malam maupun pagi). Taksaka Malam berangkat dari Stasiun Tugu, Jogja sekitar pukul delapan malam dan akan tiba di Stasiun Gambir, Jakarta sekitar pukul setengah lima pagi. Sedangkan Taksaka pagi, akan berangkat dari Stasiun Tugu Jogja sekitar pukul Sembilan pagi dan akan tiba di Stasiun Gambir sekitar pukul lima sore. Kereta ini berhenti di Stasiun Purwokerto dan Cirebon.
Selain kereta Taksaka, ada juga kereta Argo Dwipangga atau kereta Argo Lawu jurusan Solo Balapan – Jakarta. Kereta Argo Dwipangga berangkat malam hari dari Solo menuju Jakarta. Sedangkan kereta Argo Lawu berangkat pagi hari dari Jakarta menuju Solo. Kereta ini akan berhenti di Klaten, Jogja, Purwokerto, dan Cirebon.
Dari Jakarta ke Jogja, keretanya masih sama, hanya saja berkebalikan jadwal. Taksaka Pagi akan berangkat dari Stasiun Gambir pukul 08.45 pagi dan akan tiba di Stasiun Tugu, Jogja sekitar pukul lima sore. Sedangkan kereta taksaka malam akan berangkat dari Stasiun Gambir pukul 08.45 malam, dan akan tiba di Stasiun Tugu, Jogja sekitar pukul lima pagi.
Untuk kereta Argo Dwipangga, kereta ini berangkat dari Jakarta pukul delapan pagi dan tiba di Stasiun Tugu, Jogja sekitar pukul setengah empat sore. Sedangkan kereta Argo Lawu, kereta ini akan berangkat dari Jakarta pukul delapan malam dan akan tiba di Stasiun Tugu, Jogja sekitar pukul setengah empat pagi.
Dari kereta-kereta di atas, saya pernah naik kereta Taksaka dan Kereta Argo Dwipangga. Kedua kereta ini sebenarnya hampir sama. Keduanya sama-sama kereta eksekutif, namun berbeda di kata ‘Argo’. Saya tidak tahu apa yang membedakan jenis kereta eksekutif argo dengan kereta eksekutif biasa, namun saya memang merasakan sedikit perbedaan dari kedua kereta ini.
Kereta Argo Dwipangga lebih terasa ‘eksekutif’-nya daripada kereta Taksaka. Kereta Argo Dwipangga ini memiliki seat yang sedikit lebih lapang dan jarak satu tempat duduk dengan tempat duduk di depannya lebih luas. Jika di kereta Taksaka, saya tidak bisa menselonjorkan kaki sampai lurus, pasti mentok. Tapi, di kereta Argo Dwipangga saya bisa menselonjorkan kaki sampai lurus dan tidak perlu merasakan pegal.
Untuk masalah harga, keduanya tidak jauh berbeda. Selisihnya hanya sekitar dua puluh sampai tiga puluh ribu rupiah. Mungkin, karena jarak yang ditempuhnya juga berbeda.
Namun, dibalik perbedaan tadi, overall keduanya sama saja.
Sebenarnya selain kereta-kereta tersebut masih ada kereta lain seperti kereta bisnis dan ekonomi yang melayani rute Jogja-Jakarta, namun saya belum pernah mencobanya.
2. Naik Pesawat
Pesawat menjadi pilihan saya ketika saya tidak ingin berlama-lama dalam perjalanan , dan ingin secepat mungkin tiba di rumah.
Saya pernah mencoba tiga maskapai penerbangan yang melayani rute Jogja-Jakarta, yakni Garuda Indonesia, Air Asia, dan Batavia Air.
Jika ditanya mana yang paling nyaman di antara ketiga Airlines tersebut, sudah pasti jawabannya adalah Garuda. Sudah bisa ditebak pastinya. Bisa terlihat dari tarifnya kan? :)
Ya, diantara ketiga maskapai penerbangan tersebut Garuda memang maskapai yang tarifnya paling mahal. Untuk economy-class saja tarifnya sekitar enam ratus ribu rupiah untuk sekali perjalanan, sudah termasuk tax, asuransi, dan free bagasi 20 kg. Untung waktu itu saya dibayari oleh ayah saya, jadi gak bangkrut-bangkrut amat deh hehe :D. Tapi, tarif yang mahal ini sebanding dengan kualitas kok. Garuda sangat memperhatikan ketepatan waktu dan kenyamanannya. Di pesawat ini kita tidak akan mati kebosanan, karena selama perjalanan ada tv kecil yang akan menayangkan video. Selain itu, penumpangnya akan diberi snack dan minuman.
Untuk ukuran mahasiswa seperti saya, saya pasti cari tarif yang paling murah. Untuk itu, pilihan saya jatuh ke Air Asia. Air Asia sering berbaik hati memberikan harga promo. Tentunya jika kita membeli tiket lewat internet, bukan melalui travel agent. Pada hari-hari normal, maksudnya bukan hari raya atau libur panjang, tarif normal Air Asia 255.000 rupiah, untuk tiket promosi harganya 200.000 rupiah, belum termasuk tax, asuransi, dan bagasi tentunya. Tapi gak tau ada event apa, ketika kemarin saya cek harga di web Air Asia, sedang ada tarif promo dan besarnya hanya 110.000 rupiah. Seratus sepuluh rebu bisa nyampe jogja ? waaw! Menarik sekali ya buat para mahasiswa! Haha. Tapi dibalik harganya yang murah, tentu ada konsekuensi yang harus kita tanggung. Selama satu jam perjalanan dari Jogja ke Jakarta, kita tidak akan ditawari makanan, minuman, maupun permen gratis. Kalau kita mau makan atau minum sesuatu, kita harus membelinya di atas pesawat. Selain itu, Air Asia juga kurang tepat waktu. Pengalaman saya ketika naik Air Asia, di tiket tertulis waktu pemberangkatan adalah pukul 12.55, tapi sampai lebih dari pukul 12.55 kami masih menunggu di boarding room dan belum ada panggilan untuk naik ke pesawat.
Terakhir, baru kemarin ini saya naik Batavia Air. Harga tiket normalnya berkisar tiga ratus sampai empat ratus ribu rupiah, tapi saya membeli tiket promo yang harganya dua ratus tujuh puluhan ribu. Sekali lagi, saya pilih harga yang sesuai untuk mahasiswa *inget : harus hemat! :)*. Untuk Batavia Air, harga tiket promo ini sudah termasuk tax, asuransi dan free bagasi 20 kg. Di Batavia Air kita akan diberi minuman dan snack di perjalanan.
3. Naik Travel.
Saya pernah sekali naik travel. Dari Bogor ke Jogja. Tarif travel ini 175.000 rupiah. Dijemput di rumah dan diantar sampai kosan. Karena itu, kita tidak akan merasa ribet jika membawa banyak barang.
Sebenarnya naik travel enak-anak saja, jika jalannya tidak berkelok-kelok dan supirnya tidak sedang menjajal kemampuan ‘pembalap’-nya.
Ya, ketika naik travel dari Bogor ke Jogja, jangan heran jika supir travel tersebut mengendarai mobilnya dengan super-ngebut. Bukan hanya ngebut, tapi SUPER-ngebut. Mungkin itu sudah standar mengendarai travel kali yaa. Ngebut di jalanan lurus masih oke lah ya, tapi ngebut di jalanan yang berkelok-kelok? Saya tidak ingin merasakannya dua kali. Siapa yang ingin merasakan tidak bisa tidur semaleman sepanjang perjalanan Bogor-Jakarta? Hahaha, sekarang saya berpikir berkali-kali jika ingin naik travel.
Selain ketiga cara tadi, kita juga bisa naik bus. Banyak sekali bus yang menawarkan perjalanan Jogja-Jakarta atau sebaliknya. Tapi, saya tidak bisa sharing karena belum pernah mencobanya. Kapan-kapan boleh dicoba kali ya, naik bis dari Jogja ke Jakarta? :D
Jadiiiiiii, what I wanna tell you is jangan ragu kalo mau berlibur atau pergi mengunjungi Jogja. Banyak kok alternatif perjalanan yang ditawarkan. Dari yang paling murah sampai paling -ehm- mahal, ada. Tinggal disesuaikan dengan budget dan kebutuhan aja.
DITUNGGU DI JOGJA, YAAAA :)